Thursday, August 28, 2008

Heaven or Hell

Pagi ini, ditengah kesibukan mencari data untuk “financial analysis” di sebuah perusahaan BUMN, salah seorang staff klien kami meluncurkan pertanyaan yang selalu membuat saya jengah, dan membuat perasaan ini seperti dikotak-kotakkan.

“Ibu-ibu muslim atau beragama lain?”

Rekan saya menjawab, ”Saya Kristen pak, kalau Bu Chitra Muslim”.

"Kalau saya dengar Bu, didalam paham Kristen itu semua orang bisa masuk surga ya?”, si Bapak melanjutkan pertanyaannya.

Rekan saya tertawa,”Memangnya bisa masuk surga kayak PMDK pak?"

Waduh, gumam saya, hari gene? Masih tanya agama? Saya sering merasa gusar karena Tuhan yang saya pahami begitu baik dan sayangnya kepada seluruh umat, sehingga saya merasa terusik dan merasa Tuhan seperti direndahkan dengan pertanyaan seperti itu. Masak iya Dia membuat sekat-sekat pemisah? Masa iya pengikut Nabi A pasti masuk surga, dan Pengikut aliran B masuk neraka?

Sang Penguasa hidup dan kosmos selayaknyalah begitu besar dan diluar batas-batas pemikiran manusia. Jika kita menganggap aliran yang satu lebih unggul dari yang lain, dan merasa bahwa Tuhan kita adalah yang paling benar, bukankah itu merupakan sikap merendahkan Tuhan?

Surga, Neraka, dan Alam Gaib, Hanya Dia yang Maha Tahu.

Monday, August 25, 2008

Datang dan Pergi

Saat yang saya ketahui akan datang itu tiba……
Hari ini, salah satu karyawan mengajukan pengunduran diri secara resmi. “Nungki”, panggilan akrabnya di kantor, diterima di sebuah anak perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pembangkitan listrik.
Dua hari yang lalu Nungki menghadap saya, sambil tersedu-sedan:
Nungki: “Mbak, ……aku mau mengundurkan diri”
Saya : “Lho, ada apa?”
Nungki: ……..(air mata mulai berderai……) “(hiks)….aku diterima di IP mbak. Oranng tua saya berharap anaknya salah satu ada yang menjadi pegawai negeri. Karena ada pensiun, selain itu saya ada kemungkinan untuk pindah ke Semarang, untuk menemani orang tua saya”
Saya terdiam. Nungki, karyawan yang mulai bekerja dengan saya setahun yang lalu, sejak dia tidak tahu apa-apa tentang carbon emission factor, dan sekarang sudah handal membuat excel spreadsheet……dan sudah mulai berani berdiskusi dengan klien dan berargumentasi dengan pihak auditor.
Saya sendiri tidak mengharapkan karyawan saya, terutama para project officer/engineer untuk bekerja terlalu lama dengan saya. Mereka masih muda, dan diperusahaan kami kita didik mereka agar tidak terlalu terpaku dengan hierarki, agar mereka berani mengutarakan idenya, dan punya cita-cita.(Hehehehe…walaupun mungkin saya terlalu sering”mengabuse” juga ya……hidup lembur!!....jika diperlukan).Tapi rasanya waktu satu tahun itu terlalu cepat, dan saat ini kami memang sedang membutuhkan tenaga untuk proyek-proyek yang sedang berlangsung.
Tapi Nungki pun punya kondisi pribadi sendiri. Dia punya cita-cita dan punya tuntutan orang tua. Pikiran saya jadi menerawang jauh, mengingat rekan sekerja saya di St Ouen, Didier Savinel. Dia selalu mengingatkan saya, “personne est indispensable”, tidak ada karyawan yang tidak bisa digantikan. Cepat atau lambat, semua yang berawal pasti ada akhirnya. Relakan dengan tulus, hanya itu kuncinya.

Annihilating Myself......

Catatan back dated, Hari Sabtu 23 Agustus 2008. Untuk pertamakalinya menghadiri Kelompok Kajian Alam Semesta.

Pada awalnya agak lost juga: Topiknya kalau tidak salah berhubungan dengan past life, tetapi, kok, yang hot malahan curhat mengenai relationship?

Pandangan saya mulai terfokus, saat Pak Edi, sang narasumber hari itu menjelaskan perbedaan antara “Kehidupan” dan “Hidup”: Kehidupan kita ada awal dan ada akhir sedangkan “Hidup” itu kekal, tiada awal maupun akhir.

Dari bincang-bincang selama kurang lebih 2 jam, yang paling berkesan,indah dan kiranya bermanfaat untuk “kehidupan” ini adalah doa yang mencakup tiga hal, bersyukur kepadaNya, meminta maaf kepadaNya, dan berharap agar Dia menjadikan kehendakNya didalam kehendak diri ini.

Logika, pikiran manusia itu serba terbatas, tetapi hati manusia sifatnya supranatural, yang menjadi PR untuk mencapai Nya: Mengasah intuisi, untuk membedakan antara keinginan si “manusia”dan keinginan”Nya”.

Bincang-bincang hari itu juga menyinggung hukum kausalitas. Apa yang kita rasakan sekarang adalah akibat dari perbuatan kita, terlepas dari dimensi waktu dan periode yang ada.

Semakin saya resapi dan renungi hukum sebab-akibat ini, semakin yakin bahwa yang baik itu Berasal dariNya dan yang buruk dan siksaan itu berasal dari kita sendiri. Zat yang begitu Agung, Penuh Kasih dan Penyayang itu begitu sempurna, sehingga yang diciptakan adalah suatu sistem, yang secara otomatis akan membuat suatu "balance" dan “counter-balance” sebagai reaksi terhadap suatu aksi yang ada, apapun bentuknya dan sifatnya.

Bincang-bincang hari itu juga diwarnai dengan pertemuan dua saudara yang telah terpisah dalam rentang waktu yang cukup panjang………….

Kehidupan adalah misteri yang unik
Ketidakpastian fana yang membungkus kepastian kekal
Syukur, Maaf, dan Leburlah keinginanku……..

Sunday, August 24, 2008

Label Sosial

Jakarta, 24 Agustus 2008

Ada beberapa pertanyaan klasik yang biasa diucapkan di perhelatan pernikahan, reuni, arisan, dan pertemuan bentuk lain yang melibatkan lebih dari seorang manusia, lintas etnis, baik secara fisik maupun virtual:

" apa kabar?"

"kapan kawin?" = "where's your boyfriend/girlfriend?" = trouves-toi un homme/femme de ta vie?"

"putranya berapa?"

"kerja dimana sekarang?" = "what do you do now?" = "donc,.......boulot? travail?"


Entah itu basa-basi, sadar atau tidak sadar, kondisi kita lajang atau tidak, bekerja atau tidak, sukses atau tidak, menjadi label-label yang paling awam didalam kehidupan sosial di dunia, dan menjadi standar sosial.

Apakah standar sosial ini menjadi fungsi sosial yang harus dipenuhi?

Jika tindakan kita "nyleneh" atau tidak lazim didalam jawaban-jawaban pertanyaan diatas, apakah kita menjadi anomali?

anomali, ataupun bukan, kita toh tetap manusia, yang punya hak untuk hidup dan kewajiban beraspirasi.....memenuhi "covenant" dengan Sang Pemilik Hidup.....